Sunday, February 1, 2015

MARTABAK MANIS (TANPA RAGI)




Dear food lover,

Siapa yang nggak pernah bosen makan martabak manis?! He he he.

Makanan yang satu ini jelas sudah menjadi favorit bagi kebanyakan orang termasuk saya sendiri. Rasanya yang tentu saja manis dan legit paling pas disajikan sebagai sajian penutup. Istilah martabak manis ternyata ada macam-macam lho! Mulai dari martabak Bangka, martabak Terang Bulan sampai martabak manis Bandung. Ayo, kamu lebih suka beli yang mana? He he he. Isian martabak pun kini beragam, dari yang sangat sederhana seperti coklat meises, susu dan ketan item, sampai isian yang mahal sekali pun seperti selai coklat Nutella atau Toblerone.

Kalau kamu salah satu penyuka panganan yang satu ini, wajib sesekali mencobanya di rumah. Memang sih nggak usah pusing-pusing kalau lagi pengen. Tinggal keluar rumah sebentar, penjual martabak manis biasanya udah menjamur di pinggir-pinggir jalan. Tapi nggak ada salahnya lho kalau kamu mau membuatnya di rumah. Selain hemat, isiannya bisa kamu gunakan dengan bahan yang lebih variatif.

Setelah sebelumnya saya sudah pernah posting resep martabak manis di sini, kini saya mau membagi resep martabak manis yang tanpa menggunakan ragi. Memang apa sih bedanya? 

Yang jelas, ada perbedaannya. Pertama dari tingkat kemiripan dengan yang dijual oleh penjual martabak. Kedua adalah tekstur martabak itu sendiri. Martabak manis yang tanpa menggunakan ragi dikenal sebagai resep yang biasa digunakan penjual martabak pada umumnya. Kalian bisa membedakannya dari tekstur kulit dan kue martabak. Rahasianya ada pada penggunaan BAKING SODA atau SODA KUE! 

Nah, resep yang akan saya share sekarang telah saya modifikasi dari resep berikut ini. Karena adonan yang dibuat dalam resep tersebut terlalu banyak, jadi saya kurangi jumlah takarannya pada resep saya. Tapi jangan khawatir, martabak yang saya buat pun berhasil.

Penasaran? Yuk, dicatat bahan-bahan dan cara membuatnya. Selamat mencoba ya!!
Bahan-bahan:
  1. 300 gram tepung terigu, ayak
  2. 1/4 sdt vanili bubuk/ esens vanili
  3. 1/4 sdt garam
  4. 2 butir telur
  5. 4 sdm gula pasir
  6. 250 ml susu cair
  7. 1/2 sdt soda kue/baking soda
  8. Gula secukupnya, sebagai taburan
  9. Margarin, sebagai olesan
  10. Pisang/meises coklat/selai coklat, kacang atau buah-buahan/keju cheddar parut/susu kental manis, sebagai topping
Cara membuat:
  1. Campurkan tepung terigu yang sudah diayak bersama garam dan vanili pada wadah kering. Sisihkan.
  2. Pada wadah terpisah, kocok telur bersama gula pasir menggunakan mikser dengan kecepatan tinggi selama kurang lebih 5 menit hingga adonan telur berwarna putih pucat.
  3. Setelah itu kurangi kecepatan mikser lalu masukkan terigu dan susu cair secara bergantian ke dalam adonan telur hingga tercampur rata.
  4. Terakhir masukkan soda kue/baking soda, aduk rata lalu matikan mikser.
  5. Tutup wadah dan diamkan adonan selama kurang lebih 1 jam.
  6. Setelah 1 jam, siapkan wajan anti lengket berdiameter kurang lebih 20 cm (di sini saya menggunakan wajan dengan ukuran yang lebih kecil). Panaskan di atas api sedang.
  7. Tuang kurang lebih 2-3 sendok sayur adonan ke dalam wajan, kecilkan api. Tutup wajan dan masak hingga muncul banyak pori pada permukaan martabak.
  8. Jika sudah muncul banyak pori seperti itu, taburkan gula pasir secukupnya di atas permukaan martabak. Tutup wajan kembali dan masak hingga matang.
  9. Setelah martabak matang dan permukaannya telah berwarna kecoklatan, angkat martabak.
  10. Selagi panas, oleskan margarin di atasnya. Kemudian, taburkan topping sesuai selera. Lipat martabak lalu potong-potong. Sajikan.

Campur tepung terigu, garam dan vanili bubuk ke dalam satu adonan.


Kocok telur dan gula pasir hingga putih pucat.



Masukkan sedikit demi sedikit terigu bergantian dengan susu cair


Adonan yang sudah siap didiamkan selama 1 jam.


Taburkan gula pasir ketika pori-pori pada martabak telah muncul


Martabak yang telah matang dan siap diangkat


Olesi martabak yang baru diangkat dengan margarin secukupnya.


Olesi dengan topping sesuai selera (saya menggunakan selai coklat dan irisan pisang)

KONSEP HUJAN DAN RIZKI



Assalamualaikum.

Apa kabar teman-teman? Masih hujan kah di sekitar tempat tinggal kalian saat ini? Semoga hujan tidak membuat kita jadi justru lebih senang bermalas-malasan ya. He he he.

Memasuki musim penghujan, suasana memang seringkali membuat kita lebih senang berada di dalam rumah. Tak terkecuali saat akhir pekan datang. Rasanya kita tidak mau beranjak dari tempat tidur.

Akan tetapi, sebenarnya hujan itu adalah bagian nikmat Allah yang besar untuk kita. Mengapa?

Air hujan sebenarnya diturunkan ke muka bumi bukan tanpa tujuan. Allah SWT pernah berfirman:

وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ

"Dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan." (QS. Al-Baqarah: 164)

Kita tahu bahwa air merupakan sumber kehidupan bagi manusia, hewan maupun tumbuhan, dan salah satu sumber datangnya air tersebut adalah melalui turunnya hujan dari langit. Maka bayangkan jika hujan tidak pernah turun di suatu daerah. Daerah tersebut akan dilanda kekeringan dan kehidupan pun akan ikut terganggu.

Sumber: images.google.com

Dari firman di atas, kita seharusnya sudah bisa mengambil kesimpulan bahwa Allah menurunkan air hujan untuk menghidupkan bumi dan segala isinya. Dari air hujan tersebut, Allah menumbuhkan segala jenis tanaman termasuk sayur mayur dan buah-buahan yang merupakan sumber makanan bagi kita, sebagaimana firman Allah SWT yang lain:

الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ ۖ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ


"dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu." (QS. Al-Baqarah: 21)

Jadi, air hujan adalah air yang penuh berkah. Air hujan juga merupakan air suci yang juga mampu menyucikan. Bahkan Rasulullah SAW (PBUH) pernah mengatakan bahwa air hujan membawa banyak kebaikan.

Dalam riwayat Muslim, diketahui bahwa Rasulullah SAW (PBUH) juga pernah menyibakkan bajunya agar tubuh beliau terkena air hujan. Saat beliau ditanya tentang air hujan tersebut, beliau menjawab:

لِأَنَّهُ حَدِيثُ عَهْدٍ بِرَبِّهِ تَعَالَى

"Karena sesungguhnya hujan ini baru saja Allah Ta’ala ciptakan." (HR. Muslim)

Sebagaimana dijelaskan Imam Nawawi, hal ini dikarenakan hujan adalah rahmat, maka beliau meminta berkah melaluinya. 


Melihat banyaknya kebaikan yang Allah SWT turunkan melalui hujan, maka Rasulullah SAW (PBUH) mengajarkan kita agar memuji Allah SWT saat melihat hujan. Beliau juga mengajarkan kita agar selalu berdo'a saat melihat hujan dan meminta kebaikan kepada-Nya. Hal ini disebabkan karena saat-saat turunnya hujan adalah waktu yang mustajab.

Rasulullah SAW (PBUH) bersabda: 

اُطْلُبُوا اسْتِجَابَةَ الدُّعَاءِ عِنْدَ الْتِقَاءِ الْجُيُوشِ وَ إِقَامَةِ الصَّلَاةِ وَنُزُوْلِ الْغَيْثِ

"Carilah pengabulan doa pada saat bertemunya dua pasukan, pada saat iqamah shalat, dan saat turun hujan." (HR. Al-Hakim dalam al-Mustadrak: 2/114 dan dishahihkan olehnya. Lihat Majmu' fatawa: 7/129. Al-Albani menghassankannya dalam al-Silsilah al-Shahihah no. 1469 dan Shahih al-Jami' no. 1026)

Untuk itu, marilah kita senantiasa berprasangka baik pada Allah SWT bahwa hujan yang Dia turunkan merupakan bentuk nikmat-Nya untuk kita. Jangan justru mencela dan membenci kedatangannya yang menghambat aktivitas kita. Karena kebaikan yang Allah SWT limpahkan melalui air hujan, kita justru harus banyak memuji-Nya dan berdo'a kepadaNya. Fenomena banjir dan bencana alam lain yang sering kali terjadi di sekitar kita barangkali merupakan ujian dan teguran dari Allah SWT atas perbuatan kita sendiri yang mungkin sudah merusak alam. 


Cerita berikut mungkin bisa membantu kita untuk lebih memahami konsep hujan dan rizki. Semoga bisa menambah wawasan keIslaman kita ya. Mohon maaf kalau ada di antara kalian yang sudah pernah membacanya. Yuk ah, balik selimutan, hmm.. he he he :)


Hujan dan Tukang Rujak



Hari ini hujan mulai jam 9 pagi, seorang tukang rujak numpang berteduh di teras ruko. Beliau saya pinjamkan tempat duduk dari dalam toko. Masih penuh gerobaknya dengan buah-buah tertata rapi. Kulihat dari dalam toko beliau membuka buku kecil. Rupanya sebuah Alquran. Beliau begitu tekun dengan Al-Qurannya.

Sampai jam setengah 11 hujan tak kunjung berhenti. Saya mulai risau karena sepi pembeli. Saya keluar sekadar memberikan air minum kemasan dan beberapa butir kurma. Tidak ada sedikitpun raut gelisah terlihat di wajahnya.

“Kalau musim hujan jualannya repot juga ya, Pak… ” Kataku sambil menatap gerobaknya. 

“Masih banyak banget.” 

Beliau tersenyum, “Iya bu.. Mudah-mudahan ada rejekinya.. .” jawabnya. 

“Aamiin,” kataku. 

“Kalau gak abis gimana, Pak?” tanyaku penuh iba… 

“Ya.. Kalau gak abis ya risiko, Bu… Kalau yang gak bisa sampai besok kayak semangka, melon yang udah kebuka ya kasih ke tetangga juga seneng daripada kebuang. Kalau kayak bengkoang, jambu, mangga yang masih bagus bisa disimpan. Mudah-mudahan aja dapet nilai sedekah,” katanya tersenyum. 

“Kalau hujan terus sampai sore gimana, Pak?” tanyaku lagi. 

“Ya Alhamdulillah bu… Berarti rejeki saya hari ini diizinkan banyak berdoa dan meminta sesuatu sama Allah. Kan kalau hujan waktu mustajab buat berdoa bu…” Katanya sambil tersenyum. “Dikasih kesempatan berdoa juga kan rejeki, Bu…” 

“Terus kalau gak dapet uang gimana, Pak?” tanyaku lagi. 

“Berarti rejeki saya bersabar, Bu… Allah yang ngatur rejeki, Bu… Saya bergantung sama Allah.. Apa aja bentuk rejeki yang Allah kasih ya saya syukuri aja. Tapi Alhamdulillah, bertahun tahun saya jualan rujak belum pernah sampai kelaparan. 

“Pernah gak dapat uang sama sekali, tau tau tetangga ngirimin makanan. Kita hidup cari apa Bu, yang penting bisa makan biar ada tenaga buat ibadah dan usaha,” katanya lagi sambil memasukan Alqurannya ke kotak di gerobak. 

“Mumpung hujannya rintik, Bu… Saya bisa jalan .. Makasih yaa ,Bu…” katanya sambil menutup badannya dengan plastik dan membuka payung yang menempel di grobaknya. 

Saya terpana… Betapa malunya saya, dipenuhi rasa gelisah ketika hujan datang, begitu khawatirnya rejeki materi tak didapat sampai mengabaikan nikmat yang ada di depan mata. 

Tiba-tiba hati yang tadinya gundah menjadi ceria, mumpung masih hujan … Masih ada kesempatan dapat berdoa di waktu mustajab. 

Tips Untuk Membuat Tamu Rumah Liburan Merasa Senang Di Rumah Anda

Pernahkah Anda memiliki perasaan tidak pasti bepergian ke suatu tempat untuk tinggal bersama keluarga yang tidak Anda kenal dengan baik? ...