Apa yang pertama terpikirkan olehmu ketika usiamu memasuki angka 27?
Source: www.quickmeme.com |
Bagi kebanyakan pria, 27 tahun mungkin adalah saat dimana mereka telah mencapai suatu tahap pendewasaan. Akan tetapi, bagi sebagian wanita, usia 27 bisa bermakna lebih dari itu. Sebuah survei menunjukkan bahwa pria akan mencapai titik usia paling matang pada umur 43 tahun, sedangkan wanita pada usia 32 tahun. Selain itu, pria lebih lama mengalami pendewasaan dibandingkan dengan wanita, yaitu sekitar 11 tahun.
Eh, kenapa saya jadi membahas soal umur ya?
Hmm, sebenarnya tulisan ini berangkat dari pengamatan saya ketika pernah tinggal di luar negeri (baca: Australia). Pasalnya ketika saya kembali ke Indonesia bulan Januari lalu, saya merasa tiba-tiba ada yang mengganjal di benak saya. Bagaimana ya pandangan orang terhadap saya ketika saya kembali berada di tengah-tengah mereka? Sebagian besar dari mereka tentu saja menyambut saya dengan ucapan selamat dan syukur, tapi tak sedikit pula dari mereka yang tampak semangat menanyakan ini: "UDAH SELESAI YA, TERUS KAPAN NIKAH?"
Hmm, sebenarnya tulisan ini berangkat dari pengamatan saya ketika pernah tinggal di luar negeri (baca: Australia). Pasalnya ketika saya kembali ke Indonesia bulan Januari lalu, saya merasa tiba-tiba ada yang mengganjal di benak saya. Bagaimana ya pandangan orang terhadap saya ketika saya kembali berada di tengah-tengah mereka? Sebagian besar dari mereka tentu saja menyambut saya dengan ucapan selamat dan syukur, tapi tak sedikit pula dari mereka yang tampak semangat menanyakan ini: "UDAH SELESAI YA, TERUS KAPAN NIKAH?"
Seolah-olah seperti petir di siang hari bolong (maaf kali ini saya lebay, he he he), saya bingung lho ditanya begitu. Saya pun nggak tahu mau jawab apa. Rasanya jawaban "mohon do'anya" diiringi senyum tipis sudah menjadi jawaban andalan saya (hingga kini). Tapi yang semakin membuat saya kaget adalah ketika mereka mengaitkannya dengan umur: "UMURMU MEMANG BERAPA SIH SEKARANG?" Loh, memang ada apa dengan umur saya? Apa kaitannya?
Jika dibandingkan dengan di Indonesia, pada umumnya orang asing merasa risih jika ditanya tentang perihal tersebut. Bagi mereka itu adalah hal yang sangat privasi dan kurang pantas untuk ditanyakan. Tetapi, saya pun tersadar, saya sudah kembali ke kampung halaman saya sehingga suka tidak suka, pertanyaan itu akan terus ditujukan ke saya. Namun, ketika usia saya mencapai 27 apakah memang sebuah keharusan bagi saya untuk menikah? Apakah status menikah atau tidak menjadi sangat penting?
Jujur saja, saya dulu bercita-cita menikah pada usia 25 tahun. Umum banget ya? Tetapi ternyata Tuhan lebih menginginkan saya untuk lebih dulu bersiap meniti pendidikan yang lebih tinggi di Australia. Menyesal? Tentu saja tidak! Hidup itu pilihan, dan pilihan itu tidak serta merta datang, tetapi Tuhan yang menunjukkan. Lantas, saya masih belum paham oleh makna sebuah status bagi mereka, para wanita (atau mungkin pria) yang sudah mencapai angka 27 dalam hidupnya.
Allah SWT bersabda bahwa manusia menikah jika memang sudah layak menikah.
"Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan" (QS. 24:32)
Di samping itu, Allah SWT juga menjanjikan bahwasanya:
"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik..." (QS. 24:26)
Bahkan Allah SWT tidak menyebutkan secara rinci batas usia seorang manusia untuk menikah. Seseorang dipersyaratkan menikah hanya jika dia telah memasuki masa baligh. Oleh karena itu, usia berapa pun asalkan seseorang sudah dalam kondisi baligh maka dapat dikatakan sudah siap untuk menikah. Namun mengapa sepertinya status demikian begitu penting di masyarakat, khususnya bagi mereka wanita yang sudah berusia 25 tahun ke atas?
Hmm, hal ini mungkin terkait usia reproduktif seorang wanita yang dimulai sekitar 15 tahun. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa jika seorang wanita berhubungan seksual pada usia 20-an, maka dia akan terhindar dari risiko kanker payudara dan ovarium. Selain itu, emosi akan semakin terbentuk saat mulai memasuki usia 20 tahun sehingga menjadi bekal penting bagi kehidupan rumah tangga kelak. Menurut penelitian lain, fertilitas berangsur-angsur menurun pada usia 30-an. Tiga puluh lima tahun juga menjadi batas yang sering digunakan bagi mereka yang ingin memiliki buah hati mengingat salah satu risiko kematian ibu didasari oleh adanya 4T (4 Terlalu) yang salah satunya adalah "Terlalu Tua". Oleh karena itu, age sometimes does matter, doesn't it?! :)
Nah, mungkin karena itulah status seringkali dianggap sangat penting saat memasuki usia tersebut. Yah, saya sih sudah merasakan itu sejak lama, tapi ya bagaimana wong belum (eh, kok malah curcol, he he he). Tapi saya heran, banyak teman-teman saya di Australia tak terlalu ambil pusing akan hal ini, terlebih teman-teman wanita saya. Tetap saja saya pasti kepikiran...
So, intinya penekanan usia pada sebuah pernikahan tidak menjadi soal. Disebutkan bahwa yang penting sebenarnya dalah kesiapan fisik dan mental, yaitu mulai dari persiapan moral (kematangan visi keislaman), persiapan fisik, kepribadian, materi dan sosial. Oleh karena itu, (buat teman-teman yang masih single) jangan khawatir! Tanamkan saja agenda persiapan tersebut di dalam benak kita dan laksanakan semampu kita seraya menunggu. Perkara kapan dan di usia berapa, jawabannya kita serahkan sama Tuhan saja. Jadi, jika kamu berusia 27 tahun dan ditanya apa statusmu, bilang: TANYA SAJA SAMA TUHAN! He he he he :))
(Tulisan ini dibuat bukan dengan maksud menggurui ya, hanya memberikan motivasi saja buat teman-teman dan saya pribadi tentunya)
Semangat!