Monday, October 19, 2015

28: A TURNING POINT

Bagi sebagian orang, momen pergantian usia adalah salah satu momen paling menyenangkan dalam hidup. Ucapan selamat bertabur do'a sering menjadi hal yang paling ditunggu-tunggu. Apalagi jika ada yang memberikan bingkisan cantik bertuliskan Happy Birthday to You! Indahnya. Namun, terlepas dari itu semua, pernahkah kita merasakan bahwa usia kita merefleksikan perubahan yang terjadi pada diri kita?

Suatu ketika saya pernah membaca sebuah artikel di internet berjudul Why Age 28 is A Turning Point for Many Single Woman yang ditulis oleh Pauline Millard. Terdengar berat ya? Ah, sebenarnya tidak juga. Ketika saya membacanya sampai selesai, saya langsung memiliki pemikiran, inikah yang terjadi juga pada saya? Ketika di sekeliling saya, teman-teman sekolah sudah banyak yang terlihat memajang foto bersama keluarga di media sosial. Ketika di Whatsapp grup pun, topik pembicaran sudah beralih ke pembicaraan tentang ribetnya mengurus rumah tangga. Kemudian tiba-tiba, saya merasa tersesat. Ada di kehidupan manakah saya saat ini?

Menurut Pauline, wanita di perkotaan pada umumnya mulai (serius) memikirkan masa depan ketika usia mereka beranjak 30 tahun. Masa depan di sini memang tidak melulu soal pernikahan, namun bagaimana mencapai tujuan hidup berikutnya, yakni memiliki sebuah keluarga. Wanita seperti itu biasanya telah mencapai fase yang optimal dalam pendidikan maupun karir mereka (khusus bagi mereka yang bekerja). Namun, bukan tidak mungkin mereka juga akan mengalami a quarter life crisis, sebut Pauline. Masih ingat salah tembang yang dinyanyikan Britney Spears berjudul I'm Not A Girl, Not Yet A Woman? Nah, mungkin itu salah satu tandanya. Ketika hal-hal kecil yang berbau perencanaan keuangan mulai sangat kamu pikirkan. Atau ketika kamu mulai sulit menentukan pilihan dalam hidupmu, misalnya memilih antara memenuhi keinginan hobi travelingmu dengan kesempatan membangun karir pekerjaanmu. Bagimu, menjadi dewasa (sangatlah) menakutkan. So, what next? 

Alhamdulillah, saya sendiri belum (dan inshaAllah tidak) merasa sampai seperti di atas tadi. Di usia yang ke-28 ini saya justru semakin ingin terus membenahi diri saya, termasuk bagaimana cara saya menyikapi hidup. Singkatnya, saya mulai merasakan bagaimana saya bersikap dewasa, termasuk bagaimana mengontrol diri dan emosi, mengatasi permasalahan dalam pekerjaan hingga merespon apapun perkataan orang lain terhadap saya. Saya pun kini merasa lebih berani. Saya ingat bagaimana hasil personality test yang iseng saya ikuti di media sosial. Hasilnya membuat saya tercengang. Berikut kutipannya.

You can adapt to new situations with striking ease. You can find a common language with people, and very rarely feel lonely. You strongly value all expressions of love, as well as friendly relationships.

You try not to judge people by their appearance, and always strive to get to know them better. You can easily get carried away, but in your personal life you know how to solve the puzzle in order to get everything you need. You're also a very strong person. If something bad happens, you don't lose your head – instead you do your best to get to the root of the problem.

Right now you are seeing an increase in your emotional reserves. Perhaps, you've fallen in love, or you're simply reaching the peak of your physical and spiritual well-being. Your glass is always half full, and that's just wonderful!

Mungkin saya memang benar sedang mengalami fase The Half Full Glass atau saat ini saya memang tengah mengalami tingkatan paling tinggi secara emosional, fisik maupun spiritual. Pendidikan master di luar negeri sudah saya raih, status peneliti pun tinggal menunggu hitungan bulan serta pencapaian-pencapaian lain yang sudah saya peroleh hingga detik ini telah menjadi momen yang berarti bagi saya, tepatnya di usia yang ke-28. A turning point, atau momen perubahan ini inshaAllah akan membawa saya menjadi wanita yang siap lahir dan batin menuju fase kehidupan yang lebih tinggi lagi, yaitu membangun sebuah keluarga. Aamiin :)

Sunday, October 4, 2015

RESEP SOP BUNTUT



Masih seputar dunia per’daging’an, kali ini saya akan share resep sop yang pastinya sangat istimewa, yaitu Sop Buntut. Sop buntut adalah salah satu menu favorit saya dari begitu banyak menu masakan Indonesia yang pasti enak-enak (he he, ketahuan kalau saya doyan makan). Sampai sekarang saya nggak tahu tempat asal masakan ini, tapi terakhir kali saya mencicipi sop buntut yaitu di Rumah Makan Bu Ugi di kawasan dataran tinggi Tawangmangu, Jawa Tengah. Jadi, sebenarnya sop buntut bisa kita temukan di berbagai wilayah di pulau Jawa.

Kalau dari harga, masakan ini memang masuk daftar makanan Indonesia kelas mahal. Saya ingat sekali harga satu porsi sop buntut plus nasi di warung makan dekat kantor saya cuma sekitar 30 ribuan, tapi kalau sudah dijual di restoran, harganya bisa sampai dua kali lipat, sekitar 60-70 ribu. Nggak heran, harga buntut sapi juga tergolong mahal, jadi memang sebanding. Eits, tapi jangan sering-sering juga mengonsumsinya ya, nanti kolesterolnya bisa naik, he he he.

Nah, kalau kamu lagi dermawan sekali sama perut kamu, nggak ada salahnya lho sesekali memanjakan lidah kamu dengan sop buntut, apalagi buatan sendiri. Jadi, bagaimana kalau kamu coba membuatnya di rumah? InshaAllah nggak kalah deh rasanya sama yang kamu cicip di restoran. Bahan-bahannya juga nggak sesulit yang dibayangkan. Yuk, silahkan disimak resepnya :)



RESEP SOP BUNTUT

Print Friendly Version of this pagePrint Get a PDF version of this webpagePDF


Bahan-bahan:

Bahan utama:
  1. 1 kg buntut sapi (oxtail)
  2. 2,5 liter air (kurang lebih)
  3. Minyak sayur secukupnya, untuk menumis
  4. 1 batang kayu manis
  5. 5 butir cengkeh
  6. 1 sdt pala bubuk
  7. 250 gram (+/- 3 buah) wortel ukuran besar, kupas lalu potong
  8. 250 gram (+/- 3-4 buah) kentang, kupas lalu potong menjadi 8 bagian
  9. 1 sdm lada putih halus
  10. Garam dan gula pasir secukupnya
Bumbu halus:
  1. 8 butir bawang merah
  2. 5 butir bawang putih
  3. 1/2 buah bawang bombai
  4. 2 cm jahe
Bahan pelengkap:
  1. 1 buah tomat, buang bijinya lalu potong dadu
  2. 2 buah daun bawang, potong tipis
  3. 2 buah daun seledri, potong tipis
  4. Jeruk nipis limau, belah memanjang
  5. Bawang goreng
  6. Sambal kecap (campuran dari kecap manis dan irisan cabai rawit)

Cara membuat:
  1. Didihkan air bersama dengan buntut sapi yang sudah dipotong-potong dan dibersihkan. Jika sudah mendidih, kecilkan api kemudian masak dengan api sedang selama kurang lebih 2 jam.
  2. Setelah matang, keluarkan daging dari panci kemudian saring air rebusan daging. Sisihkan terlebih dahulu.
  3. Panaskan minyak sayur dan tumis bumbu halus, kayu manis, cengkeh dan pala bubuk hingga harum selama kurang lebih 5 menit. Sisihkan.
  4. Masak kembali daging bersama air rebusannya yang sudah disaring di atas api sedang. Masukkan tumisan bumbu. Masak hingga mendidih.
  5. Masukkan wortel dan kentang, kemudian bumbui dengan garam, gula pasir dan lada putih bubuk. Kecilkan api lalu masak hingga wortel dan kentang matang. Jika rasanya belum pas, bisa ditambahkan garam atau gula pasir kembali.
  6. Setelah mendidih dan semua bahan masak sempurna, matikan api. Hidangkan sop bersama dengan irisan tomat, daun bawang, daun seledri dan bawang merah goreng. Sop juga bisa dinikmati dengan menambahkan perasan air jeruk nipis limau dan sambal kecap.

Tips Untuk Membuat Tamu Rumah Liburan Merasa Senang Di Rumah Anda

Pernahkah Anda memiliki perasaan tidak pasti bepergian ke suatu tempat untuk tinggal bersama keluarga yang tidak Anda kenal dengan baik? ...