Bagi sebagian orang, momen pergantian usia adalah salah satu momen paling menyenangkan dalam hidup. Ucapan selamat bertabur do'a sering menjadi hal yang paling ditunggu-tunggu. Apalagi jika ada yang memberikan bingkisan cantik bertuliskan Happy Birthday to You! Indahnya. Namun, terlepas dari itu semua, pernahkah kita merasakan bahwa usia kita merefleksikan perubahan yang terjadi pada diri kita?
Suatu ketika saya pernah membaca sebuah artikel di internet berjudul Why Age 28 is A Turning Point for Many Single Woman yang ditulis oleh Pauline Millard. Terdengar berat ya? Ah, sebenarnya tidak juga. Ketika saya membacanya sampai selesai, saya langsung memiliki pemikiran, inikah yang terjadi juga pada saya? Ketika di sekeliling saya, teman-teman sekolah sudah banyak yang terlihat memajang foto bersama keluarga di media sosial. Ketika di Whatsapp grup pun, topik pembicaran sudah beralih ke pembicaraan tentang ribetnya mengurus rumah tangga. Kemudian tiba-tiba, saya merasa tersesat. Ada di kehidupan manakah saya saat ini?
Menurut Pauline, wanita di perkotaan pada umumnya mulai (serius) memikirkan masa depan ketika usia mereka beranjak 30 tahun. Masa depan di sini memang tidak melulu soal pernikahan, namun bagaimana mencapai tujuan hidup berikutnya, yakni memiliki sebuah keluarga. Wanita seperti itu biasanya telah mencapai fase yang optimal dalam pendidikan maupun karir mereka (khusus bagi mereka yang bekerja). Namun, bukan tidak mungkin mereka juga akan mengalami a quarter life crisis, sebut Pauline. Masih ingat salah tembang yang dinyanyikan Britney Spears berjudul I'm Not A Girl, Not Yet A Woman? Nah, mungkin itu salah satu tandanya. Ketika hal-hal kecil yang berbau perencanaan keuangan mulai sangat kamu pikirkan. Atau ketika kamu mulai sulit menentukan pilihan dalam hidupmu, misalnya memilih antara memenuhi keinginan hobi travelingmu dengan kesempatan membangun karir pekerjaanmu. Bagimu, menjadi dewasa (sangatlah) menakutkan. So, what next?
Alhamdulillah, saya sendiri belum (dan inshaAllah tidak) merasa sampai seperti di atas tadi. Di usia yang ke-28 ini saya justru semakin ingin terus membenahi diri saya, termasuk bagaimana cara saya menyikapi hidup. Singkatnya, saya mulai merasakan bagaimana saya bersikap dewasa, termasuk bagaimana mengontrol diri dan emosi, mengatasi permasalahan dalam pekerjaan hingga merespon apapun perkataan orang lain terhadap saya. Saya pun kini merasa lebih berani. Saya ingat bagaimana hasil personality test yang iseng saya ikuti di media sosial. Hasilnya membuat saya tercengang. Berikut kutipannya.
You can adapt to new situations with striking ease. You can find a common language with people, and very rarely feel lonely. You strongly value all expressions of love, as well as friendly relationships.
You try not to judge people by their appearance, and always strive to get to know them better. You can easily get carried away, but in your personal life you know how to solve the puzzle in order to get everything you need. You're also a very strong person. If something bad happens, you don't lose your head – instead you do your best to get to the root of the problem.
Right now you are seeing an increase in your emotional reserves. Perhaps, you've fallen in love, or you're simply reaching the peak of your physical and spiritual well-being. Your glass is always half full, and that's just wonderful!
You try not to judge people by their appearance, and always strive to get to know them better. You can easily get carried away, but in your personal life you know how to solve the puzzle in order to get everything you need. You're also a very strong person. If something bad happens, you don't lose your head – instead you do your best to get to the root of the problem.
Right now you are seeing an increase in your emotional reserves. Perhaps, you've fallen in love, or you're simply reaching the peak of your physical and spiritual well-being. Your glass is always half full, and that's just wonderful!
Mungkin saya memang benar sedang mengalami fase The Half Full Glass atau saat ini saya memang tengah mengalami tingkatan paling tinggi secara emosional, fisik maupun spiritual. Pendidikan master di luar negeri sudah saya raih, status peneliti pun tinggal menunggu hitungan bulan serta pencapaian-pencapaian lain yang sudah saya peroleh hingga detik ini telah menjadi momen yang berarti bagi saya, tepatnya di usia yang ke-28. A turning point, atau momen perubahan ini inshaAllah akan membawa saya menjadi wanita yang siap lahir dan batin menuju fase kehidupan yang lebih tinggi lagi, yaitu membangun sebuah keluarga. Aamiin :)