"Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina"
Kutipan perkataan Rasulullah SAW tadi mungkin secara harfiah tidak berlaku buat saya karena pada kenyataannya saya (sebentar lagi) akan menuntut ilmu di negeri kangguru, bukan di negeri Cina, hehe. Mimpi saya untuk merasakan bagaimana sekolah di luar negeri akhirnya terjawab sudah. Meski bukan di Jerman seperti Pak B.J. Habibie atau di Amerika Serikat seperti (alm) mantan Menteri Kesehatan, Endang Rahayu Sedyaningsih - dua orang hebat yang saya kagumi - melainkan di Australia, benua sekaligus negara terdekat dengan Indonesia.
Saya bersyukur bisa menggapai cita-cita tersebut yang tentu saja sekarang sudah ada di depan mata. Tapi kali ini saya tidak akan bercerita tentang pengalaman saya tentang 'mimpi yang jadi kenyataan' karena saya sudah pernah share disini. Saya akan berbagi tentang mimpi saya yang lain (anggap pernah jadi resolusi di tahun ini) yang mudah-mudahan bisa terwujud di tahun-tahun yang akan datang.
I dream of being... a book writer.
Yup! Menjadi seorang penulis buku adalah cita-cita saya berikutnya. Saya sangat menginginkan hal ini, yah.. seperti pepatah pungguk merindukan bulan. Saya selalu iri (jujur saja ya..hehe) dengan teman-teman sesama blogger yang sudah lebih dulu sukses menerbitkan buku. Saya ingin sekali bisa seperti mereka yang mampu membagi cerita-cerita luar biasa mereka ke khalayak pembaca. Pasti sangat berkesan mengetahui orang lain membaca karya kita :)
Oh ya, lupa! Saya ingin sekali bisa menulis sebuah buku kumpulan cerpen (antalogi) lho. Kenapa cerita fiksi? Well, kalau saya ingat-ingat kapan pertama kali menyukai hobi baru saya ini, terus terang saya lupa. Yang pasti saya ingat siapa saja orang yang pertama kali memunculkan minat saya ini. Yang pasti orang pertama adalah sahabat SMA saya, Ratna Ayu H.P. atau biasa saya sebut Bunda, karena memang sosoknya yang keibuan (blognya bisa ditengok juga disini).
Hmm, jumlahnya saya rasa tidak perlu banyak, cukup sebuah buku, karena saya sadar kapabilitas saya sebagai seorang penulis fiksi masih sangat minim. Saya yang seorang peneliti kesehatan dan lebih sering berkecimpung dalam dunia logika dan nalar harus ekstra lebih keras untuk menuliskan alur kisah yang seringkali tidak berlogika atau sulit ditangkap dengan nalar manusia ini. Jadi dengan satu buku saja yang nantinya (insha Allah) bisa saya terbitkan, saya pastinya sudah sangat bersyukur.
Lantas, bagaimana ya saya bisa mewujudkannya? Tentu saja, saya harus punya komitmen tinggi untuk menulis, yang saya yakini sangatlah tidak mudah. Apalagi mimpi saya ini ingin saya mulai di tahun depan, waktu dimana saya akan sibuk dengan kuliah. Tapi saya yakin saya bisa. Mungkin di Australia nanti saya bisa dapat banyak ide. Mungkin banyak pengalaman-pengalaman hidup yang berbeda dan bisa saya tuangkan dalam cerita saya. Hal lain tentu saja mulai belajar mendalami gaya menulis. Hmm, kalau saya perhatikan dari banyak buku novel atau cerpen, tiap penulis punya gayanya masing-masing, dari yang simpel kasual dengan menggunakan bahasa-bahasa gaul hingga yang lebih serius dan formal. Berarti saya harus lebih sering baca buku novel dong?! Hehe, pastinya, dan harus lebih sering main ke toko buku - tempat yang setahun cuma beberapa kali saya kunjungi :p.
Terakhir, saya harus lebih banyak lagi mengenal penulis bahkan penerbit. Jaman sekarang saya akui sudah tidak sulit lagi mencari koneksi seperti ini, yang dibutuhkan tinggal sambungan internet, hehe. Saya bisa langsung menfollow teman-teman penulis atau penerbit, sekelas Gagas Media dan Bukune, hanya dengan sekali klik. Alhamdulillah, kebetulan sudah ada beberapa teman dan saudara saya yang memiliki jaringan penerbit. Mereka sendiri sudah menawari saya agar segera memasukkan artikel ke penerbit-penerbit tersebut. Oleh sebab itu, saya jadi makin menggebu-gebu ingin mewujudkan mimpi saya ini. Insha Allah, aamiin. Do'akan saya yaaa.... :)
Cerita dan mimpi di atas didedikasikan khusus untuk mengenang Moments to Remember #MTR2013 part 9 'Dream, Believe, Achieve'
No comments:
Post a Comment