Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.
Halo semua!
Apakah cita-cita kalian saat di bangku sekolah dulu? Adakah di antara kalian yang ingin menjadi seorang dokter, hakim, polisi atau bahkan seorang presiden?
Saya yakin di antara kita semua pernah memiliki sebuah cita-cita. Cita-cita itu pun mungkin selalu kita serukan ketika di sekolah. Namun, saat itu, apakah pernah terpikir oleh kita, seperti apakah cita-cita kita tersebut di masa depan? Bagaimanakah seorang dokter itu? Apakah hanya sekedar mengobati pasien? Lantas, bagaimana dengan seorang polisi atau insinyur? Apakah pernah terbayangkan oleh kita bagaimana profesi tersebut? Apa saja yang dilakukan oleh seorang insinyur?
Hmm, jawabannya mungkin tidak! Kebanyakan dari kita semasa anak-anak mungkin belum sepenuhnya memahami profesi yang kita cita-citakan itu. Bagaimanapun juga, anak-anak tetaplah anak-anak, sebuah buku tanpa debu yang masih harus diisi oleh berbagai ilmu lewat tulisan yang digoreskan di dalamnya. Jadi marilah kita goreskan seberkas ingatan tentang cita-cita terhadap mereka (dalam hal ini profesi), agar nantinya mereka mampu bangunkan mimpi-mimpi besar di masa depan :)
MENGAJAR PROFESI SEHARI, MEMBANGUN MIMPI ANAK NEGERI
Tanggal 2 Mei 2016 lalu tidak hanya diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional, namun juga merupakan salah satu hari yang paling berkesan bagi saya. Pagi itu, saya dan ke-25 teman saya lainnya memberikan suasana yang berbeda di sebuah Sekolah Dasar (SD) di wilayah padat penduduk, Cilincing, Jakarta Utara. Hangatnya mentari menemani keseharian kami di SD tersebut sejak pagi hingga siang hari. Rutinitas tak biasa kami lakukan di sana yaitu mengajar... iya mengajar! Ah tapi tunggu, mungkin di antara kami ada yang terbiasa dengan rutinitas itu, tetapi tidak bagi saya dan banyak teman lainnya.
Tim relawan JKT 48 Kelas Inspirasi Jakarta 5 di antara ratusan relawan lainnya (Photo credit: Zara Zavira)
Seluruh relawan Kelas Inspirasi Jakarta 5 (Photo credit: Desriana Juvita)
Kami yang tergabung dalam Kelompok 48 Kelas Inspirasi Jakarta 5 pagi itu harus bersiap diri untuk menjadi guru sehari dan mengajar masing-masing profesi kami kepada para siswa di SDN Kalibaru 01 Pagi. Profesi kami pun bermacam-macam, mulai dari Sales Manager, Bankir, Art Director, Trainer, Engineer, Psikolog, Dokter Hewan, Perawat, Penulis hingga Konsultan Hukum. Mengajar mungkin bukanlah pekerjaan mudah bagi kebanyakan dari kami. Banyak hal yang tentunya harus dipersiapkan menjelang hari H, mulai dari lesson plan (rencana pengajaran), properti mengajar, jadwal hingga koordinasi bersama pihak sekolah. Dari 25 orang profesional yang datang, tidak semua menjadi tim relawan pengajar, empat di antaranya ambil bagian menjadi tim dokumentasi dan dua lainnya berperan sebagai fasilitator.
Penampakan halaman SDN Kalibaru 01 Pagi (Photo credit: Prasetyo)
Spanduk kegiatan Kelas Inspirasi menyambut para siswa (Photo credit: Prasetyo)
Dimulai dengan pelaksanaan upacara bendera, siswa terlihat begitu antusias oleh kedatangan kami. Lambaian dan sapaan para inspirator mengobarkan semangat dan rasa keingintahuan mereka. Satu per satu dari kami pun diperkenalkan, baik kepada guru maupun siswa. Kami kemudian mengajak mereka untuk masuk ke dalam kelas untuk memulai pengajaran. Para relawan pengajar yang berjumlah 19 orang terbagi ke dalam 3-4 kelas dan diberikan waktu 45 menit untuk satu kali mengajar. Di dalam kelas, kami tidak hanya menjelaskan kepada siswa tentang profesi kami masing-masing, tetapi juga mengajak mereka untuk berinteraksi dan ikut merasakan profesi yang kami jalani.
Senin itu saya kebetulan mendapat bagian mengajar empat kelas, yaitu kelas 2, 4, 5 dan 6. Sejak awal, saya sebenarnya sangat antusias mempersiapkan bahan ajar saya, tapi sejujurnya saya merasa kebingungan dan kesulitan dalam mengembangkan metode pengajarannya. Saya sendiri baru dapat membayangkan bagaimana saya akan mengajar nanti pada H-3. Metode mengajar pun saya coba susun sesimple mungkin tanpa meninggalkan esensi profesi yang ingin saya kenalkan kepada mereka, yaitu seorang peneliti. Uniknya, banyak dari mereka yang mengganggap peneliti itu adalah seorang ilmuwan, bahkan ada yang mengira tukang jahit. Mungkin meneliti agak sedikit mirip dengan kata 'peniti' he he he, who knows! Tapi yang pasti saya sangat tertantang selama mengajar di kelas, apalagi saat mengajar siswa kelas 2 yang memerlukan keahlian khusus menghadapi ributnya anak-anak, he he he.
Name tag relawan pengajar
Properti mengajar
Saya bersiap diri untuk menjadi guru sehari
Keseharian profesi saya yang sering terkait dengan data-data kesehatan memberikan saya ide untuk membuat semacam simulasi analisis data sederhana. Saya kebetulan menyiapkan seperangkat alat ukur antropometri (alat ukur tinggi badan dan berat badan) yang digunakan untuk menganalisis status gizi para siswa. Metode ini kebetulan hanya saya berikan kepada siswa kelas 4, 5 dan 6, sedangkan untuk siswa kelas 2 saya hanya ajak bermain menarik kesimpulan dari story card tentang penyakit diare yang saya bagikan kepada mereka, meskipun pada akhirnya mereka lebih banyak ribut dan bermain sendiri dengan kartu bergambar tersebut, he he he.
Di kelas 4, 5 dan 6, saya mencoba memulai sesi pengajaran di dalam kelas dengan perkenalan diri dan profesi, kemudian dilanjutkan dengan penjelasan tentang bagaimana lika-liku keseharian seorang peneliti. Simulasi analisis data pun lalu dimulai dengan membagi siswa ke dalam 9-10 kelompok. Dalam simulasi tersebut, saya ajak mereka untuk mengumpulkan data, yaitu data berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) teman sekelompok mereka. Di situ saya kembali membagi peran mereka masing-masing, ada yang menjadi peneliti dan ada yang menjadi responden dan diukur BB dan TB-nya. Nah, ketika itulah terjadi keributan dan kegaduhan dalam kelas. Mereka pun saling berebut untuk menjadi responden, tapi ada juga yang berebut ingin menjadi penelitinya. Namun, alhamdulillah, pada perjalanannya kelas bisa kembali kondusif.
Siswa yang bertindak sebagai peneliti kemudian mencatat BB dan TB teman satu kelompoknya yang menjadi responden. Setelah seluruh kelompok mencatat, saya kemudian mengajak mereka untuk menganalisis data tersebut. Analisis yang dilakukan yaitu dengan menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) yang diperoleh dari rumus BB / TB x TB (dalam meter). Untuk mempercepat waktu, saya pun akhirnya membantu menghitung IMT seluruh kelompok satu persatu-satu menggunakan kalkulator lalu meminta mereka mencatatnya. Dari situ, saya kemudian meminta salah satu perwakilan dari masing-masing untuk memaparkan hasil perhitungan IMT-nya. Mereka pun terlihat sangat bersemangat saat menempelkan hasil pada sebuah diagram tally yang sengaja saya buat dari karton berukuran cukup besar. Hasil IMT masing-masing kelompok diumpamakan sebagai stiker post-it warna-warni.
Tugas mereka berikutnya adalah menginterpretasi hasil yang mereka peroleh dan memberikan kesimpulan yang dilihat dari jumlah stiker pada masing-masing kolom indikator status gizi yakni kurus, normal dan gemuk. Berdasarkan hasil yang didapat, terlihat bahwa dari seluruh kelas, rata-rata siswa memiliki status gizi normal dan beberapa di antaranya tergolong gemuk. Di antara mereka yang gemuk, paling banyak adalah siswa laki-laki. Setelah dijabarkan kesimpulan seperti itu, alhamdulillah mereka menjadi lebih paham bagaimana kerja peneliti itu. Mereka menjadi lebih bisa membayangkan bahwa peneliti menganalisis masalah-masalah kesehatan yang ada di lingkungan sekitar. Peneliti memerlukan ketelitian dalam bekerja, termasuk pada saat mengambil data, mengolah dan menyimpulkannya.
Selesai sesi pengajaran di dalam kelas, tim inspirator lalu membagikan awan cita-cita yang harus diisi oleh para siswa. Awan-awan tersebut kemudian akan mereka bawa pulang dan simpan di rumah sebagai pengingat bahwa pada hari itu mereka telah membangun sebuah mimpi untuk masa depan.... yaitu sebuah cita-cita yang akan mereka ingat sepanjang hayat mereka. Awan-awan tersebut juga diharapkan dapat mengingatkan mereka untuk terus belajar menggapai cita-cita yang telah mereka tuliskan. Tak lupa kami juga mengabadikan momen hari itu dengan berfoto bersama di lapangan. Teriknya matahari tak menyurutkan semangat siswa untuk menuangkan rasa bahagia mereka dengan teriakan dan jeritan yel-yel seraya berfoto. Ah... rindu rasanya saya ingin kembali ke sekolah itu, atau sekolah lain yang perlu saya tularkan semangat dan motivasi yang sama. Dengan begitu, saya berharap mereka dapat membangun mimpi mereka sedini mungkin.
Para siswa berbaris di lapangan untuk foto bersama sebelum pulang ke rumah masing-masing
Barisan siswa, guru dan relawan KI yang siap melakukan foto bersama (Photo credit: Jafar Fakhry)
Foto bersama dengan para guru (Photo credit: Jafar Fakhry)
Foto bersama dengan beberapa siswa (Photo credit: Jafar Fakhry)
Wajah-wajah bahagia para relawan KI setelah kegiatan selesai
Hmm... Saya sungguh bersyukur, setelah gagal saat melamar menjadi relawan inspirator Kelas Inspirasi yang pertama kali tahun 2015 lalu, tahun ini alhamdulillah saya diberikan kesempatan untuk mengajar di sebuah SD marginal di Jakarta. Sungguh pengalaman yang luar biasa! Di samping itu, saya juga memperoleh keluarga baru. Saya mengakui bahwa untuk menjadi relawan KI sama sekali tidak mudah. Ketulusan hati para relawan tercermin saat mempersiapkan segala sesuatunya selama 2 minggu, mulai dari briefing pertama dengan seluruh relawan di SCBD Jakarta, virtual meeting rutin di grup whatsapp, survei lapangan, kopi darat sekaligus temu diskusi hingga pertemuan-pertemuan informal lain yang dilakukan bersama.
Terima kasih kepada teman-teman tim relawan JKT 48 Kelas Inspirasi Jakarta 5, baik tim fasilitator, inspirator hingga dokumentasi yang tak jemu membangun kebersamaan hingga detik ini. Semoga Tuhan masih memberikan kita kesempatan untuk terus menularkan inspirasi kepada siswa SD di seluruh belahan bumi pertiwi! Sampai jumpa di Kelas Inspirasi berikutnya!
Cuplikan video 1 Kelas Inspirasi 5 JKT 48 yang spesial dibuat oleh tim dokumentasi
Apa kabar liburan panjang 4 hari kemarin? Ada yang sempat menghabiskan waktu di luar kota? Masih ngomongin soal liburan, entah mengapa saya nggak pernah bosan untuk berbagi cerita dan pengalaman tentang perjalanan wisata saya ke Jepang Maret lalu. Kali ini saya akan memberikan sedikit ide berwisata di sekitar Tokyo dan Osaka khususnya pada malam hari. Tempat-tempat wisata di Jepang umumnya memang dibuka sejak pagi hingga sore hari, tapi kamu tentunya juga bisa berwisata di Jepang saat malam hari. Malam di Jepang tidak selalu harus dihabiskan di tempat-tempat hiburan seperti pub, club atau karaoke. Kamu juga bisa melakukan hal menarik lainnya. Beberapa ide berikut mungkin dapat menambah referensi kamu yang akan berencana menikmati indahnya suasana malam di kota Tokyo - Osaka.
WISATA KULINER
Jepang memiliki banyak pilihan surga wisata kuliner malam yang sayang untuk dilewatkan. Banyak restoran atau kedai makan yang sengaja buka lebih lama saat malam hari. Di Osaka, misalnya, ada sebuah daerah yang sangat populer dengan pusat wisata kulinernya. Penasaran?
1. Takoyaki & Okonomiyaki di Dotonbori, Osaka
Menyusuri malam dan menikmati kuliner di kawasan Dotonbori
Tempat yang satu ini mungkin menjadi salah satu destinasi wajib wisatawan yang datang ke kota Osaka. Osaka dikenal merupakan kota asal kuliner Jepang berbahan dasar gurita. Yup, apalagi kalau bukan Takoyaki dan Okonomiyaki. Rasanya nggak afdhol jika nggak sempat mampir mencicipi makanan khas negeri Sakura ini. Di Osaka, terdapat kawasan yang merupakan surga Takoyaki dan Okonomiyaki, apalagi kalau bukan jalan Dotonbori. Di kawasan ini sendiri, terdapat berbagai kedai Takoyaki dan Okonomiyaki yang hampir-hampir mirip cara penyajiannya, lengkap dengan proses pembuatan Takoyaki yang dilakukan di depan kedai sehingga pengunjung bisa melihat langsung. Kedai makannya pun terbilang unik dan antik, dengan berbagai ornamen gurita yang terpasang di atas kedai, menandakan secara jelas bahwa kedai tersebut menjual Takoyaki dan Okonomiyaki. Seru ya?!
Lokasi: Creo-ru Takoyaki and Okonomiyaki, Dotonbori, Osaka
2. Crepés di Takeshita - Harajuku, Tokyo
Etalase crepés yang menggugah selera di Marion Crepés, Harajuku
Kalau tadi kita udah icip makanan yang enak di kota Osaka, kali ini saya mengajak kamu berwisata kuliner yang patut kamu coba di sekitaran Tokyo. Siapa yang nggak pernah mendengar daerah Harajuku? Daerah ini merupakan salah satu pusat belanja dan wisata malam yang seru banget. Harajuku sendiri berdekatan dengan jalan Omotesando yang juga merupakan pusat belanja di Tokyo. Kalau ngomongin soal wisata kuliner di Harajuku, maka kamu perlu mampir ke jalan Takeshita (Takeshita Dori). Pasalnya di sini banyak penjual Crepés yang tentunya bisa kamu coba. Salah satunya yang terkenal adalah Marion Crepés. Yang menarik adalah semua menu Crepés yang dijual bisa kamu liat di depan etalase toko tersebut. Wah, pastinya menggoda banget ya! Saya sendiri sampai bingung mau pilih yang mana. Harga seporsi Crepésnya terbilang cukup terjangkau, yaitu sekitar ¥300-¥800. Jadi, kamu mau pilih yang mana nih?
Lokasi: Marion Crepés, Takeshita dori, Harajuku
3. Cat Cafe di Shinjuku, Harajuku dan Ikebukuro, Tokyo
Bermain bersama kucing sepuasnya di Mocha Café
Mocha Café di Harajuku
Ingin menghabiskan malam yang nggak biasa di Tokyo? Maka mengunjungi Neko Cafe atau kafe kucing bisa jadi alternatif kamu lho! Sesuai namanya, cafe ini memberikan kesempatan kepada pengunjungnya untuk bisa bermain dengan berbagai jenis kucing yang dipelihara oleh pemilik cafe tersebut. Pastinya kamu akan betah berlama-lama berada di dalam cafe karena kamu nggak cuma disuguhi makanan dan minuman yang enak tapi juga teman yang nggak biasa. Di Neko Cafe sendiri kamu bisa bermain dengan kucing sepuasnya dengan cukup membayar biaya rata-rata ¥1000-1200 per jam. Kamu tentu saja bisa menyesuaikan waktu bermain kamu bersama si kucing. Beberapa cafe bahkan menyediakan waktu yang lebih fleksibel, misalnya Mocha Cafe di Harajuku, Tokyo menawarkan waktu minimal yaitu 10 menit yang akan ditambahkan biayanya untuk 10 menit berikutnya, dan seterusnya, dengan lama kunjungan maksimal 1 jam atau seharga ¥1200. Jadi kamu tidak perlu menghabiskan waktu hingga 1 jam di sana. Buat saya, 40 menit saja sudah cukup untuk membuang kepenatan setelah seharian berjalan kaki menyusuri Meiji Jingu. Mocha cafe sendiri memiliki banyak cabang di Tokyo, di antaranya Shibuya, Ikebukuro dan yang baru saja dibuka adalah cabang Harajuku. Meskipun bukan salah satu kafe kucing tertua di Jepang, Mocha cafe memberikan nuansa cafe yang modern tapi tetap nyaman.
Tips: Buat kamu yang suka banget sama kucing dan ingin berinteraksi dengan mereka, belilah beberapa makanan kucing karena itu akan membuat para kucing berlari mendekatimu, hi hi hi.
Lokasi: Mocha cafe berada di seberang exit gate Meiji Jingu arah Harajuku station. Berada di gedung yang sama dengan Docomo, lantai 4. Websitehttp://catmocha.jp/
4. Japanese Wagyu BBQ di Shibuya, Tokyo
Japanese BBQ di Gyumon, Shibuya
Butuh sedikit energi setelah lelah beraktifitas seharian di jalanan Tokyo? Jika iya, berarti kamu perlu mencicipi Japanese Wagyu BBQ (baca: Yakiniku). Yakiniku adalah salah satu magnet kuliner di Jepang. Ciri khasnya cuma satu, yakni penggunaan daging wagyu khas Jepang. Daging wagyu Jepang sangat terkenal akan kualitasnya. Hal ini ditandai dari tekstur daging yang serupa dengan marble, maka tak heran jika daging ini juga sering disebut dengan istilah the marble meat. Daging wagyu Jepang yang sangat terkenal tentu saja berasal dari Kobe, namun beberapa daerah lain seperti Kagoshima, juga terkenal sebagai penghasil daging wagyu yang amat empuk.
Sebenarnya di Tokyo sendiri, ada banyak tempat yang bisa kamu kunjungi untuk mencicipi lembutnya daging wagyu panggang, namun perlu dicatat ya buat kamu yang Muslim, tidak semua restoran tersebut halal. Restoran Gyumon di daerah Shibuya, Tokyo mungkin bisa menjadi alternatif pilihan kuliner malam kamu di Tokyo. Restoran halal ini pun ternyata cukup terkenal di kalangan Muslim Malaysia dan Indonesia yang tinggal di Tokyo. Meskipun tempatnya agak sempit dan sering sekali penuh, it's totally worth trying! Harga seporsi satu set yakiniku yang biasanya dibandrol sekitar ¥4000-¥5000, di restoran ini cuma dihargai ¥3000. Dari jenis daging yang digunakan memang terlihat bukan salah satu yang premium, tapi yakiniku-nya betul-betul juara lho! Dagingnya masih juicy dan empuk. Pokoknya kamu patut datang dan mencoba sendiri ya!
Tips: Agar lebih hemat, kamu bisa menikmati yakiniku dengan cara sharing! Kamu tidak harus memesan satu set yakiniku untuk tiap orangnya, tapi cukup beberapa set saja lalu kamu share bersama teman dan keluarga.
Lokasi: Gyumon Halal Japanese BBQ, 3-14-5 Shibuya, Tokyo
WISATA BELANJA
Selain surga makanan, Jepang juga dikenal sebagai salah satu surga belanja di dunia. Berbagai macam produk mulai dari fashion, barang elektronik dan gadget hingga kitchenware bisa kita temukan di kota Tokyo dan Osaka. Produk buatan Jepang memang terkenal unik dan sophisticated. Nah, kalau kamu enggan menghabiskan waktu belanjamu di siang hari, kamu tentu saja bisa melakukannya di malam hari. Beberapa lokasi belanja seperti Shibuya, Shinjuku atau Omotesando adalah deretan tiga terbaik. Di Shibuya sendiri kamu bisa mengunjungi beberapa pertokoan dan shopping mall yang berada tidak jauh dari Shibuya crossing, di antaranya Shibuya 109, Shibuya Parco, Shibuya Marui dan masih banyak lagi. Sama halnya dengan Shibuya, Shinjuku juga menyuguhkan berbagai daya tarik yang sayang untuk dilewatkan oleh kamu lho para shopaholic. Jika ternyata kamu nggak sempat untuk datang ke kawasan Shibuya, maka kamu bisa menyambangi beberapa department store di dekat stasiun Shinjuku, seperti ISetan, Lumine atau Keio. Psst, tahu nggak kalau ternyata stasiun kereta Shinjuku merupakan stasiun tersibuk di negeri Sakura! Jadi, kamu jangan sampai nyasar ya!
Selain Shibuya dan Shinjuku, Tokyo juga memiliki lokasi surga belanja lainnya yaitu Omotesando. Nah, kalau yang ini, produk yang dijual rata-rata adalah produk impor atau yang bermerek internasional. Jadi barang-barangnya memang lebih branded dan obviously mahal. Beberapa merek produk yang bisa kamu temukan di sini antara lain Prada, Louis Vuitton, Alexander McQueen dan Gucci.
Tips: Jika kamu berkunjung ke kawasan Shibuya menggunakan kereta subway, jangan lupa untuk singgah dan berfoto sejenak di patung Hachiko. Kamu bisa mendapati lokasi patung tersebut persis setelah keluar dari exit Hachiko statue. Selain itu, jangan lupa untuk mengabadikan momenmu bersama ratusan pejalan kaki yang berjalan di Shibuya crossing. Mau dapat foto yang iconic? Cobalah untuk mampir ke Starbucks yang persis berada di seberang stasiun dan memotret pemandangan tersebut dari lantai 2 gedung. Dijamin foto kamu persis seperti yang ada di majalah-majalah, he he he.
WISATA JELAJAH KOTA
Menikmati malam di kota Tokyo dan Osaka tidak selalu harus dihabiskan dengan kegiatan belanja dan makan. Tokyo dan Osaka adalah dua kota di Jepang yang sama-sama menghadirkan keindahan malam sudut-sudut kotanya yang patut kamu jelajahi. Tiga tempat berikut mungkin bisa menjadi daftar tempat yang perlu kamu sambangi.
1. Tokyo Sky Tree
Pemandangan kota Tokyo yang cantik dari ketinggian 350 meter
Menara Tokyo Sky Tree adalah menara kedua yang ada di Jepang setelah Tokyo Tower. Konon, menara ini adalah menara tertinggi di dunia lho! Dengan ketinggian mencapai 634 meter, Tokyo Sky Tree menjadi salah satu objek wisata di Jepang yang patut kamu datangi jika kamu melancong ke Tokyo, khususnya pada malam hari. Dari kejauhan saja, menara ini terlihat cantik bermandikan cahaya lampu. Kamu bisa masuk ke dalam menara dan naik ke ketinggian 350 meter atau 450 meter agar bisa memandangi kota Tokyo yang indah di malam hari. Selain itu, di dalam menara kamu juga bisa menikmati hiburan lain seperti pementasan tari atau drama.
Tips: Setelah puas melihat berbagai sudut kota Tokyo di malam hari dari ketinggian 350 atau 450 meter, jangan lupa untuk berfoto di halaman Tokyo Sky Tree sebelum meninggalkan tempat ya!
Lokasi: Tokyo Sky Tree berada tidak jauh dari stasiun Tokyo Sky Tree. Kamu bisa mengaksesnya dengan menaiki kereta monorail khusus dari stasiun Asakusa atau stasiun Kita Senjyu. Tokyo Sky Tree buka pada hari kerja mulai jam 8 hingga 10 malam. Biaya tiket masuk menara adalah ¥2060 untuk ketinggian 350 m (Tembo Deck) dan tambahan ¥1030 untuk ketinggian 450 m (Tembo Galleria).
2. Odaiba (Rainbow Bridge)
Photo credit: Tripadvisor
Salah satu tempat indah berikutnya di Tokyo adalah Odaiba. Tempat ini patut menjadi destinasi wajib bagi kamu penikmat wisata malam. Di Odaiba sendiri, kamu bisa menemukan berbagai tempat wisata seperti mall dan pertokoan Decks Tokyo Beach, Museum Maritim dan DiverCity Tokyo Plaza dimana kamu bisa berfoto dengan Gundam raksasa. Tapi, ada satu spot foto yang iconic dan cantik jika dilihat pada malam hari, yaitu Rainbow Bridge. Saat liburan kemarin, sayangnya saya nggak sempat untuk mampir ke sana. Jembatan tersebut menghubungkan Odaiba dengan pusat kota Tokyo. Kenapa dibilang Rainbow Bridge? Mungkin karena efek cahaya lampu yang dipasang di jembatan tersebut berwarna-warni seperti pelangi. Tapi saya nggak tahu juga benar atau tidak, he he he. Yang pasti Rainbow Bridge pastinya akan mengingatkan kamu pada salah satu jembatan yang terkenal di Amerika Serikat. Hmm, kira-kira jembatan apa ya?
Tips: Kamu bisa mendapatkan foto Rainbow Bridge yang indah dari atas Decks Tokyo Beach, gedung Fuji TV atau Museum Maritim di Odaiba.
3. Osaka Castle
Keindahan Osaka Castle di malam hari
Siapa bilang Osaka Castle cuma bisa dinikmati pada pagi dan siang hari saja? Kalau kamu punya terlalu banyak daftar itinerary dan nggak sempat untuk menikmati keindahan Osaka Castle pada siang hari, maka cobalah untuk datang menjelang malam hari. Meskipun tidak memungkinkan untuk masuk ke dalam castle pada malam hari karena sudah tutup, tapi buat kamu yang hobi fotografi dan demen hunting foto, kamu tentu saja masih bisa menangkap foto Osaka Castle yang cantik! Dengan bermandikan cahaya lampu, istana Osaka Castle sangatlah menawan saat malam hari. Pastikan kamu tidak lupa membawa kamera poket atau DSLRmu ya! Dijamin nggak kecewa! :)