Friday, July 24, 2015

KETIKA GARUDA INDONESIA HARUS MENJEMPUTKU PULANG


Another aeroplane
Another sunny day
I'm lucky, I know
But I wanna go home
Mmm, I've got to go home

(Michael Bublé - Home)

Sydney, 5 Januari 2015

Tak terasa hari ini saya harus pulang. Cerita satu tahun berada di negeri orang sebentar lagi harus saya sudahi. Sedih rasanya meninggalkan segenap kisah suka dan duka menjadi salah satu mahasiswa Indonesia yang mengenyam pendidikan di Australia. Tak terbayang saya harus meninggalkan teman-teman, sahabat, tempat tinggal, tempat kuliah dan berbagai kenangan yang terangkai di antaranya. Ah.. satu tahun menurut saya sudah cukup menghasilkan memori yang tidak akan saya lupa.

Pagi tadi, saya diantar seorang sahabat saya yang juga berkuliah di Sydney. Saya pun alhamdulillah sudah sempat berpamitan dengan penjaga apartemen atau caretaker yang sudah saya anggap paman saya sendiri. 

              "You'll have a great trip, dear", katanya seraya melepas kepergian saya.

Tiba di bandara, suasana terlihat hiruk pikuk. Sejumlah orang sudah rapi mengantri di dekat check-in counter Garuda Indonesia. Saya yang kali ini harus sendirian berpergian kembali ke Indonesia, dengan sibuk menggeret troli yang beratnya minta ampun. Satu buah koper berukuran sangat besar,  satu koper ukuran sedang, satu koper ukuran kabin, satu tas ransel, satu tas jinjing kecil dan tas selempang kecil harus saya bawa selama perjalanan. Waah... Bisa dibilang saya seperti hendak pulang kampung... he he he. Yup, saya memang mau pulang kampung. 

Awalnya saya hampir was-was karena jumlah barang bawaan saya yang tergolong seabrek, plus berat-berat. Tapi alhamdulillah saya masih mendapat keleluasaan dari pihak Garuda Indonesia mengingat saya seorang student. Saya mendapat tambahan bagasi sebesar 10 kg, sehingga jumlah berat bagasi yang saya peroleh adalah 40 kg. Saya benar-benar bersyukur pada saat itu. Entah apa jadinya andaikan saya hanya diperbolehkan membawa barang dengan total berat 30 kg, dan saya harus menambah pembelian kuota bagasi tambahan agar semua barang saya bisa terangkut, he he he. 

Foto perpisahan saya sang bersama penjaga apartemen atau caretaker, Laurie









Setelah check-in selesai, saya pun sempat diantar oleh sahabat saya hingga pintu masuk ruang keberangkatan (departure gate). Tak lupa saya berfoto bersamanya di dekat pintu masuk. Waahh... perasaan saya saat itu sedih dan haru, pokoknya campur aduk. Usai saling berjabat tangan, berpelukan dan melempar salam perpisahan, saya bergegas masuk ke dalam ruang keberangkatan. Di sana, saya harus melewati bagian pemeriksaan, bagian yang paling merepotkan bagi saya, he he he. Pasalnya barang yang harus saya bawa masuk ke kabin ternyata banyak sekali. Tangan saya sampai hampir penuh mendorong satu koper kabin dan memegang satu tas jinjing. Tapi alhamdulillah, pemeriksaan berjalan lancar dan tidak ada barang saya yang dicurigai.

Duduk menunggu panggilan masuk pesawat di ruang tunggu keberangkatan rasanya sungguh menyiksa. Ada kebahagiaan yang tak terbendung ketika mengetahui dalam 7 hingga 8 jam ke depan saya akan kembali ke pelukan keluarga. Melihat beberapa pesawat terparkir, termasuk pesawat Garuda Indonesia yang akan saya tumpangi menambah semangat saya untuk cepat-cepat tiba di tanah air. Perjalanan saya akan menjadi perjalanan yang sangat panjang, pikir saya. Karena bertepatan dengan libur tahun baru dan mahalnya harga tiket pada saat itu, saya tidak mendapat tiket penerbangan langsung (direct flight) ke Jakarta, melainkan harus transit dulu di Denpasar, Bali. Tak terbayang bagaimana repotnya saya nanti saat di bagian imigrasi Bandara Ngurah Rai.


Saya dan sahabat yang mengantar saya, Kartika

Di dalam pesawat, saya duduk bersama satu keluarga, ayah, ibu dan seorang anak mereka, yang sepertinya warga negara Australia yang hendak melakukan perjalanan bisnis sekaligus liburan di Indonesia. Saya yang duduk paling pinggir atau rear side, seketika melihat sekeliling pesawat. Hmm, pesawat ini terlihat penuh dengan penumpang. Selama perjalanan, saya pun sangat senang karena akhirnya saya bisa menonton film Doraemon terbaru berjudul Stand By Me. Maklum, film itu tidak tayang di Australia, he he he. Selain itu, saya juga menghabiskan waktu bermain game sampai-sampai bocah yang duduk di samping saya ikut bermain game seperti saya, he he he. 

Enam jam perjalanan ke Denpasar akhirnya berakhir saat saya tiba di Bandara Ngurah Rai. Saya sempat mendengar bahwa bandara ini sedang mengalami renovasi dan perombakan. Betul saja, saya hampir tak mengenali bandara internasional tersebut. Begitu saya sampai, saya harus melewati bagian  imigrasi Indonesia. Mengingat saya masih harus melanjutkan perjalanan berikutnya ke Jakarta dalam waktu yang tidak lama, saya buru-buru bergegas ke counter. Lucunya, saya bingung harus menuju counter yang mana, hingga pada akhirnya saya melihat seseorang yang saya kenali sebagai orang Indonesia yang juga mahasiswa Australia menuju ke arah counter service passport. Saya pun mengikutinya berharap saya pun bisa masuk karena saya menggunakan paspor dinas selama tinggal di Australia. Alhamdulillah, saya pun tidak harus antri berlama-lama, he he he. 

Setelah masuk, saya harus mengambil semua bagasi saya, masuk ke bagian pemeriksaan x-ray, dan check-in kembali di terminal domestik. Astaga, badan saya rasanya hampir remuk! Belum mengangkat dan menurunkan koper-koper saya yang berat itu tadi, saya juga harus berjalan jauh dari terminal internasional ke terminal domestik seorang diri. Alhasil, saya cari bantuan seorang porter. Lumayan lah, semenjak bandara ini direnovasi, jalanan penghubung ke terminal domestik cukup panjang dan berliku, ditambah beberapa tanjakan dan turunan. Hmm.... 

Tiba di terminal domestik, saya langsung mencari kedai kopi untuk rehat sejenak. Sayangnya saya tak boleh lama-lama berleha-leha disana, mengingat setengah jam lagi saya harus sudah boarding untuk penerbangan selanjutnya ke Jakarta. Alamak! Ternyata pesawat yang saya tumpangi kali ini lebih kecil dari jenis pesawat dari Sydney sebelumnya. Alhasil, saya kerepotan memasukkan barang-barang yang saya bawa ke kabin, he he he. Tapi, senangnya kalau naik Garuda Indonesia, saya bisa terhibur dengan adanya sarana entertainment di dalam pesawat. Dua jam perjalanan saya habiskan dengan menonton film Merry Riana yang belum pernah saya tonton di bioskop Indonesia. 

Waktu menunjukkan hampir jam 6 sore. Matahari terlihat samar-samar pergi meninggalkan cahaya keemasan. Dari atas pesawat, terlihat bandara Soekarno-Hatta sudah di depan mata. Alhamdulillah, saya tiba di Jakarta dengan selamat. Perjalanan melelahkan namun menyenangkan ini akhirnya berakhir juga. Meskipun ini bukan perjalanan holiday atau liburan saya, tapi paling tidak ini adalah perjalanan pulang saya yang tidak akan terlupakan bersama Garuda Indonesia. Terima kasih Garuda Indonesia! Saya pun kembali disambut dengan pelukan hangat mereka, ayah, ibu dan adik saya tercinta.

Kisah perjalanan ini diikutsertakan dalam Blog Competition Garuda Indonesia #GADreamHoliday.

Disclaimer: Tulisan ini di luar tanggung jawab PT. Garuda Indonesia dan tidak melanggar hak kekayaan intelektual pihak manapun.



No comments:

Post a Comment

Tips Untuk Membuat Tamu Rumah Liburan Merasa Senang Di Rumah Anda

Pernahkah Anda memiliki perasaan tidak pasti bepergian ke suatu tempat untuk tinggal bersama keluarga yang tidak Anda kenal dengan baik? ...