Adakah di antara kalian yang ingin sekali melanjutkan sekolah ke luar negeri? Saya yakin beberapa dari kalian akan menggangguk bahkan ada yang menjawab dengan lantang, "Ya, saya!", he he he. Great, lalu apakah Australia menjadi salah satu negara destinasi kalian untuk kuliah? Kalau iya, lantas di kota manakah itu? Jika Sydney jawabannya, maka ada beberapa survival tips yang patut kalian ketahui sebagai pelajar Indonesia.
Sydney itu kota destinasi wisata nomor satu di Australia (versi 2015's Travelers Choice Tripadvisor). Selain itu, Sydney masih masuk dalam daftar 10 negara paling nyaman untuk ditinggali. Jadi, tak heran 'kan kalau banyak warga di seluruh dunia yang ingin sekali ke sana, termasuk warga Indonesia. Nggak hanya untuk sekedar berlibur, tetapi juga untuk melanjutkan studi. Bahkan menurut data Departemen Pendidikan Australia, jumlah pelajar Indonesia di Sydney meningkat seiring waktu hingga lebih dari 15 ribu pelajar (http://www.studiesinaustralia.com/studying-in-australia/why-study-in-australia/international-students-in-australia). Wuih, luar biasa! Semoga mereka ini yang akan menjadi calon agent of change Indonesia di masa depan ya. Aamiin. :)
Oke, Sydney itu emang destinasi favorit semua orang, tapi Sydney juga terkenal sebagai kota di Australia dengan biaya hidup paling mahal. What?! Yup, itu benar banget lho! Oleh karena itu, buat pelajar Indonesia yang sudah terbiasa memperoleh barang dengan harga murah di tanah air (seperti saya, he he he), harus pintar-pintar supaya bisa tetap survive tinggal di sana. Tips berikut adalah hasil pengalaman saya selama tahun 2014, jadi maaf kalau sedikit bersifat subjektif. Mungkin saja tidak bisa diaplikasikan oleh semua orang. Maklum, saya sekolah karena menerima beasiswa, sehingga cara hidupnya akan berbeda dengan sebagian orang. Silahkan disimak ya!
MERUBAH MIND SET RUPIAH KE DOLLAR
Yang satu ini nih, susah banget nget nget. Mungkin kamu harus tinggal paling tidak lebih dari 6 bulan supaya kamu bisa membiasakan "berhitung" dalam Dollar, he he he. Mata uang Indonesia dan Australia memang jelas berbeda, yang satu pakai Rupiah, yang satu pakai Dollar (baca: Australian Dollar/AUD). Pecahannya pun berbeda. Kalau di tanah air, pecahan Rupiah itu mulai dari 100 Rupiah, nah kalau di sana, 5 sen pun masih ada lho. Meski penggunaannya terbatas, biasanya buat change atau kembalian. Biarpun begitu, barang-barang di sana rata-rata mulai dijual dari harga 1 AUD. Bahkan di Sydney, makanan jadi yang dijual di pinggir jalan, misalnya sandwich atau sushi dijual mulai dari 2 sampai 5 AUD. Ya.. kalo diconvert ke Rupiah sekitar 30-60 ribuan. Mihil ya? Sudah pasti. Kita aja bisa dapat bubur ayam komplit enak dengan harga 7 ribu atau kurang dari 1 AUD. Jadi, jangan lantas buru-buru kita menganggap hidup kita akan menderita saking mahalnya. Justru kalau mindset perhitungan kita diubah ke Dollar, kita akan cepat menyesuaikan diri dengan kehidupan di sana, dan lama-lama mengganggap, "Ah, cuma 2 AUD.", he he he.
SUSAH NEMU MAKANAN INDONESIA? MASAK SENDIRI!
Teman saya yang habis masak tumis sayur |
Kalau ini mungkin udah jadi kebiasaan banyak pelajar Indonesia yang tinggal di Australia, nggak cuma di Sydney. Tapi berhubung Sydney itu kota mahal, jadi (sangat) diwajibkan untuk masak makanan sehari-hari sendiri. Bayangkan saja, satu porsi nasi ayam kremes yang bisa kita makan di Indo dengan harga sekitar 15-20 ribu Rupiah saja, di sana bisa seharga 10-15 AUD. Widih, fantastis! Maka dari itu, buat kamu yang nggak bisa jauh-jauh dari masakan rumah (apalagi masakan emak), tapi pengen tetap bisa menikmatinya tanpa membuat kantong cepat kempes, caranya ya masak sendiri.
Pas lagi pengen Bubur Kacang Ijo tapi nggak ada yang jual, akhirnya masak sendiri :p |
Hal ini juga berlaku buat kamu yang muslim. Kita pasti sangat paham bahwa Islam di Australia adalah minoritas, jadi makanan halal kadang menjadi barang langka di sana. Ada sih makanan halal seperti masakan Timur Tengah atau India yang bisa dikonsumsi. Tapi, kalau keseringan bosen juga, he he he. Oleh karena itu, tips aman supaya kamu tetap dalam koridor agama adalah dengan memasak makananmu sendiri. Saat ini, sudah banyak kok beragam bumbu jadi masakan Indonesia yang mudah ditemukan di supermarket Asia. Lumayan lah, kalau masak sendiri, makanannya bisa untuk 1-2 hari. Hemat 'kan?
Salah satu bumbu jadi yang dijual di pasar swalayan |
MICROWAVE TO THE MAX
Percobaan saya membuat mug cake menggunakan microwave |
Buat pelajar yang super sibuk, tentunya memasak akan sangat menyita waktu. Oke, I agree! Tapi, kita 'kan mau berhemat, jadi kenapa harus repot? Hampir di setiap tempat tinggal mahasiswa Indonesia (bahkan di kampus!) biasanya terdapat microwave yang kegunaannya bahkan menandingi kompor lho! He he he, maaf saya lebay. Menurut saya, microwave itu patut dijadikan sebagai barang "berharga" karena memudahkan hidup kita. Misalnya, makanan yang kita beli atau masak hari ini atau semalam, bisa kita simpan di dalam kulkas lalu dihangatkan kembali esok hari untuk bekal ke kampus. Praktis 'kan? Tinggal membeli wadah kontainer untuk menyimpan makanan di kulkas. Microwave juga bisa menghangatkan roti yang sudah hampir expired. Biasanya, 2-3 hari sebelum expired, roti tawar saya simpan di kulkas. Kalau mau dimakan, tinggal dihangatkan dulu di microwave lalu dikasih isian selai dsb ;)
JANGAN BOSAN INTIP KATALOG BELANJA
Katalog belanja supermarket Coles |
Nah kalau tips yang satu ini saya terinspirasi dari dua orang teman saya, laki-laki dan perempuan. Tapi keduanya agak bertolak belakang. Teman saya yang laki-laki alasannya karena ingin berhemat, yang perempuan karena hobi belanja, he he he. Kalau saya? Ya boleh dibilang dua-duanya. Di Sydney, ada banyak supermarket lengkap dan terkenal, di antaranya ALDI, Coles, Woolworths (atau biasa disebut Woolies), IGA, Harris Farm hingga Supabarn. Selain itu, Sydney juga memiliki beragam department store sekelas Matahari hingga Metro atau Sogo, seperti Kmart, Target, Big W, Myer hingga David Jones. Biasanya supermarket atau department store ini akan menampilkan katalog belanja mereka setiap hari atau setiap minggunya. Bahkan canggihnya, mereka juga memiliki aplikasi ponsel (apps) yang bisa dengan mudah diunduh di handphone kamu sehingga kamu lebih mudah mengakses harga-harga terkini dari barang yang dijual di sana. Kalau sudah begitu, tinggal siapin catatan kebutuhan harian apa saja yang harus kita beli deh.
SAVE THE BEST FOR THE LAST
Berakhir pekan bersama teman-teman menikmati kuliner seafood di Sydney Fish Market |
Maksudnya di sini, berhematlah pada waktu sibukmu dan simpan untuk akhir minggumu. Cara ini biasanya disiasati oleh mereka yang hobi traveling atau nongkrong sambil ngopi di cafe. Jangan salah, Sydney punya banyak cafe dan tempat ngopi asyik yang jadi favorit mahasiswa Indonesia, lho. Kalau saya sih dasarnya bukan pecinta kopi, jadi jarang banget ke tempat-tempat tersebut. Biasanya saya cuma lunch atau dinner bareng teman di resto, nonton di bioskop atau jalan-jalan keliling kota. Selain itu, kamu juga bisa ajak teman-temanmu untuk berpiknik pada saat musim panas (summer). Piknik sambil barbekyu (BBQ) (atau barbie istilah slangnya) adalah hal yang sangat menyenangkan. Sebagian besar taman dan tempat umum lainnya di Sydney sudah dilengkapi dengan public BBQ lho. Kamu bisa cek disini. Kamu tinggal bawa bahan makanan dan alat masak yang dibutuhkan, termasuk alat makannya. Jadi, anggap saja hal ini adalah reward dari kerja kerasmu dalam menjaga penghematan selama kuliah. Lagi pula nggak ada salahnya kok menikmati akhir pekan. Hari-hari tidak melulu diisi dengan belajar, tetapi juga perlu refreshing supaya pikiran nggak penat dan kita juga nggak bosan.
Kegiatan piknik sambil barbekyu di salah satu taman pinggir kota bersama teman jemaah pengajian (img source: arsip Pengajian USYD-UTS) |
So far, itu dulu survival guides di Sydney versi saya ya. InshaAllah nanti ada lanjutan tulisannya di part ke-2. Jadi stay tune terus, oke?! Jika ada di antara kamu yang mau tanya-tanya lebih jauh, boleh silahkan. Semoga bermanfaat :)
No comments:
Post a Comment