Assalamu'alaikum.
Tahun 2016 tahu-tahu sudah berlalu begitu saja ya? Kok berasa cepat, he he.
Tahun 2016 tahu-tahu sudah berlalu begitu saja ya? Kok berasa cepat, he he.
Seperti biasa, nggak ada perayaan yang meriah di rumah. Papa kebetulan juga sedang pulang ke Yogya karena harus menghadiri acara reuni SMA. Alhasil, hanya dua pan pizza tuna yang menemani saya, Mama dan adik saya pada malam tahun baru. Saya memang sengaja memasak pizza khusus untuk Mama. Itu pun karena stok tuna kaleng kami alhamdulillah lagi melimpah. Maklum, spesial didatangkan dari Manokwari oleh adik. Di malam pergantian tahun, saya pun biasanya sangat bersemangat menuliskan sejumlah resolusi di tahun mendatang. Tapi jam 9 malam saya sudah terkapar di atas bantal karena sepertinya saya terlalu lelah menguleni adonan pizza.
Well, tahun 2016 itu... hmm, apa ya? Gado-gado, he he he. Di tahun 2016, kehidupan saya penuh dengan kejutan dan momen upside down, mulai dari karir, keluarga, kesehatan hingga urusan asmara.
Dari segi karir di Litbang, saya sempat mengalami masa-masa sulit di pertengahan tahun lalu. Dibebani tumpukan pekerjaan 'kejar tayang' demi proses akreditasi sebuah jurnal ilmiah milik kantor membuat hubungan saya dengan mantan bos saya sempat renggang. Belum lagi, pekerjaan menjelang akhir tahun dimana saya harus mengejar waktu pengumpulan data penelitian di daerah Papua, Maluku dan NTT selama tiga minggu berturut-turut. Hmm, capek. Meski begitu, saya bersyukur banyak pengalaman baru yang saya dapatkan di tahun 2016, termasuk saat menjadi Penanggung Jawab Teknis lapangan sebuah penelitian survei di Kabupaten Pandeglang, dimana saya harus tinggal di sana selama kurang lebih 20 hari.
Di tahun 2016 pula, alhamdulillah saya mendapat kesempatan untuk mengirimkan artikel hasil International Health Independent Study saya ke British Medical Journal (BMJ) Global Health. "Huaa, Nisa keren abis!", he he he, sebenarnya nggak juga lho. Menurut saya, artikel saya tentang kualitas pelayanan kehamilan di Indonesia kok kayaknya belum 'pantas' masuk ke jurnal internasional. Saya pun harus merombak sangat banyak dan melakukan analisis data ulang, alias melakukan major revision. Tapi, jauh di lubuk hati saya tetap berharap artikel saya bisa lolos, karena sejujurnya artikel itu sudah lama sekali ditulis oleh saya dan pembimbing S2 saya di Australia. Tadinya pun saya sempat mau menyerah ketika tahu bahwa pembimbing saya ternyata menderita penyakit kanker dan harus menjalani terapi selama kurang lebih 5 bulan. Namun, alhamdulillah keadaan beliau kemudian membaik. Beliau kembali membantu saya sampai selesai dan mendorong saya untuk tetap memasukkan artikelnya ke jurnal 'bergengsi' itu. Well, fingers crossed. Sekarang manuskripnya sudah masuk tahap review kedua. Doakan lolos ya!
Selain itu, saya juga belum lama ini memperoleh beasiswa StuNed. Bukan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang PhD, tapi beasiswa untuk mengikuti kursus singkat selama tiga minggu di Belanda. Penerimaan kursusnya sendiri sebenarnya sudah saya terima dari tahun 2015, dan sebelumnya saya dijadwalkan untuk diikutkan pada program tahun 2016. Namun, kemudian karena nggak ada beasiswa akhirnya saya diikutkan di tahun berikutnya yaitu tahun 2017. Alhamdulillah, Tuhan membuka jalan dengan menghadiahi saya beasiswa bulan November lalu. (Baca juga Qadarullah dan Ketika Pintu Hidayah Terbuka) Wes, kulo manut kersane Gusti Allah mawon. Mugi-mugi diparingi lancar barokah nggih. Aamiin
We make a living by what we get, but we make a life by what we give. - Winston Churchill
Di sisi lain, tahun 2016 juga saya anggap sebagai batu loncatan dalam karir saya sebagai seorang blogger. Saya merasa bahwa kini saya harus lebih serius dalam menjalani profesi tersebut. Saya nggak hanya kerap mendapat tawaran kerjasama menulis content review, tapi juga tawaran kerjasama lain yang alhamdulillah-nya saya bisa memperoleh penghasilan dari situ. Ya, hitung-hitung permulaan, uangnya cukup lumayan buat traktir teman-teman makan bakso, he he he. Saya bersyukur mendapat kepercayaan ini. Semoga ke depannya saya bisa lebih giat menulis dan berbagi pengalaman kepada orang lain melalui blog ini. Bismillah
Kalau untuk urusan keluarga, alhamdulillah di tahun 2016 saya dikasih rejeki untuk bisa mengajak orang tua berlibur ke beberapa tempat. Bahagia rasanya bisa menyenangkan hati mereka, terutama Mama, yang baru mulai menapaki masa purna baktinya pada Juli tahun 2016. Alhamdulillah, saya dan keluarga akhirnya bisa singgah ke Negeri Sakura bulan Maret lalu, serta berkunjung ke Negeri Laskar Pelangi di penghujung tahun. Ah, salah satu impian saya untuk terbang ke Negeri Doraemon terwujud juga di tahun 2016. Terima kasih Tuhan. Watashi wa tottemo tanoshiikatta desu! (Baca juga 10 Tips Liburan Tanpa Tour ke Jepang)
Kalau untuk urusan keluarga, alhamdulillah di tahun 2016 saya dikasih rejeki untuk bisa mengajak orang tua berlibur ke beberapa tempat. Bahagia rasanya bisa menyenangkan hati mereka, terutama Mama, yang baru mulai menapaki masa purna baktinya pada Juli tahun 2016. Alhamdulillah, saya dan keluarga akhirnya bisa singgah ke Negeri Sakura bulan Maret lalu, serta berkunjung ke Negeri Laskar Pelangi di penghujung tahun. Ah, salah satu impian saya untuk terbang ke Negeri Doraemon terwujud juga di tahun 2016. Terima kasih Tuhan. Watashi wa tottemo tanoshiikatta desu! (Baca juga 10 Tips Liburan Tanpa Tour ke Jepang)
Nah, kalau soal asmara? Terus terang saya suka malas membahas yang satu ini, he he he. Tapi, jujur buat saya, kehidupan asmara saya di tahun 2016 benar-benar sangat berwarna, kayak 'balonku ada lima, rupa-rupa warnanya' Saya merasa tahun lalu saya tiba-tiba berubah menjadi gadis yang berani keluar dari zona nyaman. Gimana nggak? Awal tahun, saya sempat (berani) ikutan online dating, terus mau dikenalin dan dijodohin teman sana-sini. (Baca juga 5 Things I Learned from Online Dating) Ah, pokoknya kalau kata Ustadz Yusuf Mansyur, segala ikhtiar udah dijabanin dah, he he he. Tapi, nggak juga ada yang nyantol. Sampai-sampai, yang terakhir cowoknya malah belum mau serius padahal sebenarnya keluarga si cowok sudah oke. Yowes, mungkin jodoh saya nggak perlu saya cari jauh-jauh ya, he he he. Yang paling penting, saya tetap memperbaiki diri sambil berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik buat orang tua dan orang-orang di sekitar saya
Well, that's a little note to myself about the year of 2016. Apa yang saya dapat? Banyak! I've learned so many things, especially being adult. Saya belajar bahwa setiap kesulitan atau masalah itu harus dihadapi dengan kepala dingin, nggak boleh dikit-dikit emosi terus dicampuradukkan ke dalam pekerjaan. Saya juga belajar untuk terus yakin bahwa Qadar Allah itu pasti benar. Tuhan sudah menetapkan segala sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya, jadi saya harus percaya bahwa itu semua untuk kebaikan saya. Di samping itu, saya juga diingatkan sama Tuhan bahwa ternyata saya juga harus lebih 'sayang' sama tubuh saya. Saya nggak boleh terlalu capek dan 'ngoyo' dalam bekerja. Saya harus sudah bisa memahami ritme tubuh saya mulai sekarang, misalnya saja kapan saya harus istirahat dan sejauh mana tingkat stres saya. Ya, maksudnya biar tubuh saya ini tetap fit dan nggak gampang sakit.
Di tahun 2017 ini, saya cuma berharap semoga saya bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan tentunya menjadi pribadi yang bermanfaat bagi banyak orang, termasuk bisa terus membahagiakan orang tua dan keluarga dalam bentuk lain, contohnya ngasih mantu buat Mama, he he he. Aamiin.
Happy New Year!
No comments:
Post a Comment